Teori Pemrosesan
Informasi
Teori pemrosesan
informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan,
penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175).
Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan
dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan
suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses
di dalam otak melalui beberapa indera.
Komponen pertama
dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang
masuk adalah
registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan menerima sejumlah besar
informasi dari indera dan menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak
lebih dari dua detik. Bila tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang
disimpan dalam register penginderaan, maka dengan cepat informasi itu akan
hilang.
Keberadaan
register penginderaan mempunyai dua implikasi penting dalam pendidikan.
Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu
harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk membawa semua informasi
yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran, (Slavin, 2000: 176).
Interpretasi
seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai persepsi. Persepsi dari stimulus
tidak langsung seperti penerimaan stimulus, karena persepsi dipengaruhi status
mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan banyak faktor lain.
Informasi yang
dipersepsi seseorang dan mendapat perhatian, akan ditransfer ke komponen kedua
dari sistem memori, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka pendek adalah
sistem penyimpanan informasi dalam jumlah terbatas hanya dalam beberapa detik.
Satu cara untuk menyimpan informasi dalam memori jangka pendek adalah
memikirkan tentang informasi itu atau mengungkapkannya berkali-kali. Guru
mengalokasikan waktu untuk pengulangan selama mengajar.
Memori jangka
panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat menyimpan informasi untuk
periode panjang. Tulving (1993) dalam (Slavin, 2000: 181) membagi memori jangka
panjang menjadi tiga bagian, yaitu memori episodik, yaitu bagian memori jangka
panjang yang menyimpan gambaran dari pengalaman-pangalaman pribadi kita, memori
semantik, yaitu suatu bagian dari memori jangka panjang yang menyimpan fakta dan
pengetahuan umum, dan memori prosedural adalah memori yang menyimpan informasi
tentang bagaimana melakukan sesuatu.
.....
A. Pendahuluan
Asumsi yang
mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam
proses pembelajaran.
Menurut Gagne
tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2)
pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6)
generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik. Teori pemrosesan informasi
adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan,
dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori ini
menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat
dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi
belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak
melalui beberapa indera.
B. Pembahasan
Komponen pertama
dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk adalah registrasi
penginderaan. Registrasi penginderaan menerima sejumlah besar informasi dari
indera dan menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua
detik. Bila tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam
register penginderaan, maka dengan cepat informasi itu akan hilang. Keberadaan
register penginderaan mempunyai dua implikasi penting dalam pendidikan.
Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu
harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk membawa semua informasi
yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran, (Slavin, 2000: 176).
Interpretasi
seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai persepsi. Persepsi dari
stimulus tidak langsung seperti penerimaan stimulus, karena persepsi
dipengaruhi status mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan
banyak faktor lain. Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapat perhatian,
akan ditransfer ke komponen kedua dari sistem memori, yaitu memori jangka
pendek. Memori jangka pendek adalah sistem penyimpanan informasi dalam jumlah
terbatas hanya dalam beberapa detik. Satu cara untuk menyimpan informasi dalam
memori jangka pendek adalah memikirkan tentang informasi itu atau
mengungkapkannya berkali-kali. Guru mengalokasikan waktu untuk pengulangan
selama mengajar. Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori
tempat menyimpan informasi untuk periode panjang.
Tinjauan
Pendekatan Pemrosesan Informasi
Teori kognisi
menjelaskan tentang bagaimana proses mengetahui terjadi pada manusia. Ada
beberapa model yang digunakan untuk menjelaskan proses mengetahui pada manusia.
Model pemrosesan informasi membahas tentang peran operasi-operasi kognitif
dalam pengolahan informasi (Hetherington & Parke, 1986). Dalam model ini
manusia dipandang sebagai sistem yang memodifikasi informasi sendiri secara
aktif dan terorganisir. Perkembangan seseorang dalam pemrosesan informasi
berkaitan dengan perubahan-perubahan kuantitatif dan kualitatif dalam aspek ini
serta pengaruh-pengaruh genetis dan lingkungan. Inti dari perkembangan dalam
pemrosesan informasi adalah terbentuknya sistem pada diri seseorang yang
semakin efisien untuk mengontrol aliran informasi (Miller, 1993).
Saat ini ada dua
model yang dapat digunakan untuk menjelaskan teori pemrosesan informasi, yaitu
model penyimpanan (store/structure model) dan model tingkat pemrosesan (level
of processing). Model penyimpanan dikembangkan oleh Atkinson & Shiffrin (dalam
Miller, 1993), sedangkan model tingkat pemrosesan dikembangkan oleh Craik dan
Lockhart (dalam Miller, 1993). Dalam model pemrosesan informasi yang
dikembangkan oleh Atkinson & Shiffrin, kognisi manusia dikonsepkan sebagai
suatu sistem yang terdiri dari tiga bagian, yaitu masukan (input), proses dan
keluaran (output). Informasi dari dunia sekitar merupakan masukan bagi sistem.
Stimulasi dari dunia sekitar ini memasuki reseptor memori dalam bentuk
penglihatan, suara, rasa, dan sebagainya. Selanjutnya, input diproses dalam
otak. Otak mengolah dan mentransformasikan informasi dalam berbagai cara.
Proses ini meliputi pengkodean ke dalam bentuk-bentuk simbolis, membandingkan
dengan informasi yang telah diketahui sebelumnya, menyimpan dalam memori, dan
mengambilnya bila diperlukan. Akhir dari proses ini adalah keluaran, yaitu
perilaku manusia, seperti berbicara, menulis, interaksi sosial, dan sebagainya
(Vasta, dkk., 1992).
Secara rinci,
Pressley, (1990) memaparkan pemrosesan informasi sebagai berikut : Pertama-tama,
manusia menangkap informasi dari lingkungan melalui organ-organ sensorisnya
(yaitu mata, telinga, hidung, dan sebagainya). Beberapa informasi disaring
(diabaikan) pada tingkat sensoris, kemudian sisanya dimasukkan ke dalam ingatan
jangka pendek (kesadaran). Ingatan jangka pendek mempunyai kapasitas
pemeliharaan informasi yang terbatas sehingga kandungannya harus diproses
sedemikian rupa (misalnya dengan pengulangan atau pelatihan), jika tidak akan
lenyap dengan cepat. Bila diproses, informasi dari ingatan jangka pendek
(short-term memory) dapat ditransfer ke dalam ingatan jangka panjang (long-term
memory). Ingatan jangka panjang (Long-Term Memory) merupakan hal penting dalam
proses belajar. Menurut Anderson (dalam Pressley, 1990), tempat penyimpanan jangka
panjang mengandung informasi faktual (disebut pengetahuan deklaratif) dan
informasi mengenai bagaimana cara mengerjakan sesuatu (disebut pengetahuan
prosedural).
Menurut
pandangan model pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Atkinson & Shiffrin,
sejak kecil seorang anak mengembangkan fungsi kontrol dalam mengolah informasi
dari lingkungannya. Menurut Hetherington & Parke (1986), pada usia antara 3
hingga 12 tahun, fungsi kontrol seseorang menunjukkan perkembangan yang pesat.
Fungsi tersebut mencakup pengaturan informasi yang diperlukan, termasuk memilih
strategi yang digunakan dan memonitor keberhasilan penggunaan strategi
tersebut. Dalam pandangan model ini, anak merupakan pengatur yang aktif dari
fungsi-fungsi kognitifnya sendiri. Oleh karena itu, dalam menghadapi suatu
masalah, anak memilih masalah yang akan diselesaikannya, memutuskan besar usaha
yang akan dilakukannya, memilih strategi yang akan digunakannya, menghindari
hal-hal yang mengganggu usahanya, serta mengevaluasi kualitas hasil usahanya.
Model pemrosesan
informasi berasumsi bahwa anak-anak mempunyai kemampuan yang lebih terbatas dan
berbeda dibanding orang dewasa. Anak-anak tidak dapat menyerap banyak
informasi, kurang sistematis dalam hal informasi apa yang diserap, tidak mempunyai
banyak strategi untuk mengatasi masalah, tidak mempunyai banyak pengetahuan
mengenai dunia yang diperlukan untuk memahami masalah, dan kurang mampu
memonitor kerja proses kognitifnya (Hetherington & Parke, 1986). Mengingat
perkembangan anak yang optimal adalah tujuan para psikolog perkembangan, maka
sangat relevan jika individu-individu yang berkecimpung di bidang ini melakukan
penelitian yang tujuannya bermuara pada meningkatkan kemampuan pemrosesan
informasi.
Model kedua yang
dapat digunakan untuk menjelaskan teori pemrosesan informasi adalah model
tingkat pemrosesan (level of process-ing). Model tingkat pemrosesan yang
dikembangkan oleh Craik dan Lockhart ini memiliki prinsip dasar bahwa informasi
yang diterima diolah dengan tingkatan yang berbeda. Semakin dalam pengolahan
yang dilakukan, semakin baik informasi tersebut diingat. Pada tingkat
pengolahan pertama akan diperoleh persepsi, yang merupakan kesadaran seketika
akan lingkungan. Pada tingkat pengolahan berikutnya akan diperoleh gambaran struktural
dari informasi. Pada tingkat pengolahan terdalam akan diperoleh makna (meaning)
dari informasi yang diterima (Craik dan Lockhart, dalam Morgan et al., 1986).
Menurut model
tingkat pemrosesan, berbagai stimulus informasi diproses dalam berbagai tingkat
kedalaman secara bersamaan bergantung kepada karakternya. Semakin dalam suatu
informasi diolah, maka informasi tersebut akan semakin lama diingat. Sebagai
contoh, informasi yang mempunyai imaji visual yang kuat atau banyak berasosiasi
dengan pengetahuan yang telah ada akan diproses secara lebih dalam. Demikian
juga informasi yang sedang diamati akan lebih dalam diproses daripada stimuli
atau kejadian lain di luar pengamatan. Dengan kata lain, manusia akan lebih
mengingat hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya atau hal-hal yang menjadi
perhatiannya karena hal-hal tersebut diproses secara lebih mendalam daripada
stimuli yang tidak mempunyai arti atau tidak menjadi perhatiannya (Craik &
Lockhart, 2002).
Pengulangan
(rehearsal) - yang memegang peranan penting dalam pendekatan model penyimpanan
- juga dianggap penting dalam pendekatan model tingkat pemrosesan. Namun,
menurut pandangan model tingkat pemrosesan, hanya mengulang-ngulang saja tidak
cukup untuk mengingat. Untuk memperoleh tingkatan yang lebih dalam, aktivitas
pengulangan haruslah bersifat elaboratif. Dalam hal ini, pengulangan harus
merupakan sebuah proses pemberian makna (meaning) dari informasi yang masuk.
Istilah elaborasi sendiri mengacu kepada sejauh mana informasi yang masuk
diolah sehingga dapat diikat atau diintegrasikan dengan informasi yang telah
ada dalam ingatan (Craik dan Lockhart, dalam Morgan et al., 1986).
Telah disebutkan
bahwa prinsip dasar model tingkat pemrosesan informasi adalah semakin besar
upaya pemrosesan informasi selama belajar, semakin dalam informasi tersebut
akan disimpan dan diingat. Prinsip ini telah banyak diaplikasikan dalam
penyusunan setting pengajaran verbal, seperti mengingat daftar kata, juga
pengajaran membaca dan bahasa (Cermak & Craik, dalam Craik & Lockhart, 2002).
Manfaat teori
pemrosesan informasi antara lain :
1. membantu
terjadinya proses pembelajaran sehingga individu mampu beradaptasi pada
lingkungan yang selalu berubah
2. menjadikan
strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi pada
proses lebih menonjol
3. kapabilitas
belajar dapat disajikan secara lengkap
4. prinsip
perbedaan individual terlayani
Hambatan teori
pemrosesan informasi antara lain :
1. tidak semua
individu mampu melatih memori secara maksimal
2. proses
internal yang tidak dapat diamati secara langsung
3. tingkat
kesulitan mengungkap kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam
ingatan
4. kemampuan
otak tiap individu tidak sama
C. Kesimpulan
Pemahaman dan
penerapan yang benar mengenai pemrosesan informasi dalam hal ini di dunia
pendidikan, maka diharapkan di masa yang sekarang dan yang akan datang ada
perubahan yang berarti dalam pendidikan negara kita, antara lain (1) Pendidikan
yang bersifat open access sehingga siapa saja dapat menikmati proses pendidikan
dengan beragam media teknologi informasi yang ada, (2) Terbentuknya kerjasama
yang sinergis antar lembaga penyelenggara pendidikan, lembaga penyelenggara
industri media untuk meningkatkan mutu pendidikan, (3) Tersedianya akses
bersama terhadap sumber informasi pengetahuan sehingga terwujud sharing
knowledge, dan (4) Terwujudnya masyarakat “ramah media”.
D. Daftar
Pustaka
Budiningsih,
Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Miller, P.H.
1993. Theories of Developmental Psychology (3rd Ed.). W.H. Freeman & Co.,
New York.
Putra, Yovan.
2008. Memori dan Pembelajaran Efektif. Bandung : Yrama Widya
.........
Teori Pemrosesan
Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang
mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam
proses pembelajaran.
0 komentar:
Posting Komentar